Desiminasi Teknologi Monitoring Suhu dan Redesain Packaging sebagai syarat ijin Edar BPOM pada produk ikan dalam kaleng

Abstract

Prinsip pengolahan ikan dalam kaleng pada dasarnya bertujuan melindungi ikan dari pembusukan dan kerusakan. Pengalengan merupakan salah satu bentuk pengolahan dan pengawetan ikan secara modern yang dikemas secara hermatik dan kemudian disterilkan [1]. Stok nasional untuk produk sarden dan makarel kaleng saat ini berjumlah

35 juta kaleng. Selain diserap melalui pasar ekspor, ritel dan online, olahan ikan kaleng dapat dimanfaatkan sebagai salah satu produk bantuan sosial yang memenuhi kebutuhan protein masyarakat. Usaha pengolahan ikan terdapat 718 unit tersebar di berbagai wilayah Indonesia. Jumlah produksi sektor pengolahan ikan ini mencapai 1,6 juta ton pada tahun 2019, meningkat 300 ribu ton dibanding tahun 2016. “Untuk nilai ekspornya, sector industri ini juga meningkat pada tahun 2019 menjadi USD4,1 juta [2]. Politeknik Negeri Jember memiliki TEFA Fish Canning yang memproduksi ikan dalam kemasan kaleng. Saat ini TEFA Fish Canning sedang dalam tahap pengajuan perizinan edar dari BPOM serta SNI. Pada tahap penyusunan persyaratan administrasi khususnya penyusunan dokumen GMP dan HACCP diketahui bahwa terdapat beberapa aspek penting yang belum dapat dipenuhi oleh tim TEFA Fish Canning. Salah satunya yaitu suhu yang terkontrol pada tahap exhausting. Tujuan exhausting tersebut adalah untuk memperoleh keadaan vakum dalam wadah yaitu dengan jalan mengeluarkan udara terutama oksigen yang ada dalam head space. Exhausting dilakukan dengan cara melakukan pemanasan pendahuluan terhadap produk, kemudian produk tersebut diisikan ke dalam kaleng dalam keadaan panas dan wadah ditutup juga dalam keadaan panas. Oleh karena itu pengontrolan suhu sanget diperlukan pada tahap ini. Melalui program PNBP ini dilakukan (1) pembuatan system monitoring suhu dengan sensor array, (2) melakukan redesign kemasan kaleng dengan mesin cetak UV-printer flatbed, (3) pelatihan pemasaran menggunakan media sosial.