Pertumbuhan dan Produksi Benih 14 Varietas Bawang Merah (Allium Cepa L. Var Aggregatum) di Dataran Tinggi Lembang, Kabupaten Bandung Barat

Penulis

  • Nurmalita Waluyo Balai Penelitian Tanaman Sayuran
  • Joko Pinilih Balai Penelitian Tanaman Sayuran
  • Ineu Sulastrini Balai Penelitian Tanaman Sayuran
  • Eli Korlina Edisaputra Balai Penelitian Tanaman Sayuran

DOI:

https://doi.org/10.25047/agropross.2021.229

Kata Kunci:

Pertumbuhan, produksi benih, bawang merah, dataran tinggi

Abstrak

Bawang merah merupakan komoditas utama di Indonesia yang digunakan sebagai bumbu masak dan obat, sehingga ketersediaannya sepanjang tahun sangat penting untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi benih 14 varietas bawang merah di dataran tinggi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan dan hasil bawang merah di KP. Margahayu Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) Lembang (1.250 m dpl) dari bulan Agustus s.d. Oktober 2020. Materi yang digunakan berupa 14 varietas bawang merah dari Badan Penelitian dan pengembangan Pertanian (Balitbangtan), yaitu: Sembrani, Maja Cipanas, Bima Brebes, Kuning, Trisula, Mentes, Kramat 1, Violetta 1 Agrihorti, Violetta 2 Agrihorti, Violetta 3 Agrihorti, Ambassador 1 Agrihorti, Ambassador 2 Agrihorti, Ambassador 3 Agrihorti, dan Ambassador 4 Agrihorti. Pertumbuhan 14 varietas bawang merah selama penanaman cukup baik. Ambassador 3 Agrihorti menunjukkan tinggi tanaman dan panjang daun tertinggi dibanding varietas lainnya, yaitu masing-masing 41,80 cm dan 34,72 cm. Berat benih per rumpun berkisar antara 31,00-64,61 gram. Violetta 2 Agrihorti menunjukkan jumlah umbi per rumpun, berat basah per rumpun, berat kering eskip umbi per rumpun, dan berat benih per rumpun tertinggi dibanding varietas lainnya, yaitu masing-masing 9,70 umbi; 144,53 gram, 85,69 gram dan 31,59 gram. Sedangkan berat benih per plot tertinggi terdapat pada varietas Sembrani. Pertumbuhan dan produksi benih bawang merah dipengaruhi oleh varietas.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Ayu, N. G., Rauf, A., & Samudin, S. (2016). Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) pada berbagai Jarak Tanam. E-J.Agrotekbis, 4(5), 530–536.

Azmi, C., Hidayat, I. M., & Wiguna, G. (2011). Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawang Merah. Jurnal Hortikultura, 21(3), 206–213.

Budianto, A., Ngawit, & Sudika. (2009). Keragaman Genetik Beberapa Sifat dan Seleksi Klon Berulang Sederhana pada Tanaman Bawang Merah Kultivar Ampenan. Crop Agro, 2(1), 1–5.

Dewi, S. M., Sobir, & Syukur, M. (2015). Interaksi Genotipe x Lingkungan Hasil dan Komponen Hasil 14 Genotipe Tomat di Empat Lingkungan Dataran Rendah. Jurnal Agronomi Indonesia, 43(1), 59–65.

Firmansyah, A., & Bhermana, A. (2019). The Growth, Production, and Quality of Shallot at Inland Quartz Sands (Quarzipsamments) in The Off Season. Ilmu Pertanian (Agricultural Science), 4(3), 110.

Firmansyah, M. A. (2018). Pertumbuhan, Produksi, dan Kualitas Bawang Merah di Tanah Pasir Kuarsa Pedalaman Luar Musim. Jurnal Agroekoteknologi FP USU, 6(2), 271–278.

Hadisutrisno, B. (1999). Peranan Faktor Lingkungan terhadap Penyakit Antraknos pada Bawang Merah. Jurnal Perlindungan Tanaman Indonesia, 5(1), 20–23.

Hadisutrisno, B., Sudarmadi, Subandiyah, S., & Priyatmojo, A. (1996). Peranan Faktor Cuaca terhadap Infeksi dan Perkembangan Penyakit Bercak Ungu pada Bawang Merah. Indonesian Journal Plant Protection, 1(1), 56–64.

Hidayat, I. ., Putrasameja, S., & Azmi, C. (2011). Persiapan Pelepasan Varietas Bawang Merah Umbi dan TSS. Laporan Kegiatan. Balai Penelitian Tanaman Sayuran.

Korlina, E., Sulastrini, I., & Hermanto, C. (2020). Efektivitas Fungisida Difenokonazol dan Tebukonazol terhadap Pertumbuhan Cendawan Alternaria Porri dan Stemphylium Vesicarium pada Tanaman Bawang Merah Secara In Vitro. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Peternakan Terpadu Ke-3, 8–14.

Kusmana, Basuki, R., & Kurniawan, H. (2009). Uji Adaptasi Lima Varietas Bawang Merah Asal Dataran Tinggi dan Medium pada Ekosistem Dataran Rendah Brebes. J. Hort., 19(3), 281–286.

Nasution, M. A. (2010). Analisis Korelasi dan Sidik Lintas Antara Karakter Morfologi dan Komponen Buah Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr.). Crop Agro, 3(1), 1–8.

Nur, A., Azrai, M., & Trikoesoemaningtyas. (2016). Interaksi Genetik x Lingkungan dan Variabilitas Genetik Galur Gandum Introduksi (Triticum aestivum L.) di Agroekosistem Tropika. Jurnal AgroBiogen, 10(3), 93–100.

Suheri, H and T.V. Price. (2001). The epidemiology of purple leaf blotch on leeks in Victoria, Australia. European Journal of Plant Pathology 107: 503–510

Sulistyaningsih, E., Pangestuti, R., & Rosliani, R. (2020). Growth and Yield of Five Prospective Shallot Selected Accessions from True Seed of Shallot in Lowland Areas. Ilmu Pertanian (Agricultural, 5(2), 92–97.

Sutrisno. (2015). Faktor-Faktor Lingkungan yang Mempengaruhi Pengembangan Budidaya Bawang Merah (Allium Ascalonicum, sp) di Kabupaten Pati. Jurnal Litbang, 11(2), 93–102. https://doi.org/10.33658/jl.v11i2.65

Udiarto K., B., Setiawati, W., & Suryaningsih, E. (2005). Pengenalan Hama dan Penyakit pada Tanaman Bawang Merah dan Pengendaliannya.

Waluyo, N. (2020). Parameter Genetik, Korelasi, Interaksi G X E, dan Analisis Stabilitas Hasil, Komponen Hasil, serta Karakter Pertumbuhan 12 Genotipe Bawang Merah (Allium cepa L. Var Aggregatum) di Tiga Lokasi Dataran Tinggi. Tesis. Universitas Padjadjaran. Bandung. 182 hal.

Diterbitkan

2021-07-22

Cara Mengutip

Waluyo, N., Pinilih, J., Sulastrini, I., & Edisaputra, E. K. (2021). Pertumbuhan dan Produksi Benih 14 Varietas Bawang Merah (Allium Cepa L. Var Aggregatum) di Dataran Tinggi Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Agropross : National Conference Proceedings of Agriculture, 5, 265–274. https://doi.org/10.25047/agropross.2021.229

Artikel Serupa

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 > >> 

Anda juga bisa Mulai pencarian similarity tingkat lanjut untuk artikel ini.